CANDI BOROBUDUR
buka 06.00-17.00 wib
Tiket lokal di atas 6 thn Rp 30.000
di bawah 6 thn Rp 12.500
Tiket wisatawan mancanegara di atas 6 thn 20$
di bawah 6 thn 10$
Candi Borobudur terletak di Kab.Magelang Jawa Tengah. Sekitar 40Km dari kota yogyakarta. Candi ini merupakan candi budha terbesar.
https://galeriilmiah.files.wordpress.com/2011/09/7-754406.jpg
buka 06.00-17.00 wib
Tiket lokal di atas 6 thn Rp 30.000
di bawah 6 thn Rp 12.500
Tiket wisatawan mancanegara di atas 6 thn 20$
di bawah 6 thn 10$
Candi Borobudur terletak di Kab.Magelang Jawa Tengah. Sekitar 40Km dari kota yogyakarta. Candi ini merupakan candi budha terbesar.
Lokasi Candi Barabudhur yang
merupakan bukit kecil dikelilingi oleh pegunungan Menoreh, G. Merapi dan G.
Merbabu di timurlaut, serta G. Sumbing dan G. Sindoro di baratlaut.
Dalam Kitab Negarakertagama (1365 M.) disebut-sebut tentang Budur,
sebuah
bangunan suci Buddha aliran Vajradhara. Menurut Casparis dalam Prasasti
Sri
Kahulunan (842 M) dinyatakan tentang “Kawulan i Bhumi Sambhara”.
Berdasarkan
hal itu ia berpendapat bahwa Barabudhur merupakan tempat pemujaan. Bumi
Shambara adalah nama tempat di Barabudhur. Menurut Poerbatjaraka,
Barabudhur
berarti Biara Budur, sedangkan menurut Raffles, 'bara' berarti besar dan
'budhur' merupakan kata dalam bahasa Jawa yang berarti Buddha. Beberapa
ahli berpendapat bahwa candi ini dibangun tahun 780 M pada masa
raja-raja Sanjaya.
Pembangunannya
memakan waktu berpuluh-puluh tahun dan baru selesai sekitar tahun 830 M, yaitu
pada masa pemerintahan Raja Samaratungga dari Wangsa Syailendra.
Pada
tahun 950 M, Candi Barabudhur terkubur oleh lava letusan G. Merapi dan baru
ditemukan kembali hampir seribu tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1814.
Penemuan kembali Candi Barabudhur adalah atas jasa Sir Thomas Stamford Raffles.
Tahun
1814, serombongan orang mendatangi suatu daerah di Karesidenan Kedu untuk
mencari tahu lebih jauh tentang legenda yang berkaitan dengan sebuah bukit
dekat Desa Boro. Setelah membabat semak belukar dan menggali serta membersihkan
gundukan abu gunung berapi, mereka menemukan sejumlah besar bongkahan
batu
berpahatkan gambar-gambar aneh. Raffles kemudian memerintahkan Cornelius,
seorang Belanda, untuk membersihkan batu-batu tersebut. Pembersihan tumpukan
batu dan lingkungan di sekitarnya kemudian dilanjutkan oleh Residen Kedu yang
bernama Hartman.
Atap candi yang terdiri atas 3 tingkat disebut Arupadhatu, yang berarti dunia tanpa rupa (wujud). Pada tataran kehidupan ini manusia sudah terlepas dari hasrat dan nafsu. Atap candi berupa batur bersusun 3 dengan denah bundar membentuk 3
lingkaran bersusun dengan pusat yang
sama dengan stupa-stupa berisi arca Buddha. Dalam lingkaran di tingkat I
terdapat 32 stupa, di tingkat II terdapat 24 stupa dengan lubang-lubang
berbentuk wajik, bersisi horisontal datar dan sisi vertikal miring. Lubang
berbentuk wajik melambangkan adanya nafsu yang masih tersisa. Di tingkat III
terdapat 16 stupa dengan lubang hiasan berbentuk persegi, bersisi horisontal
datar dan sisi vertikal tegak. Lubang berbentuk persegi ini melambangkan nafsu
yang telah lenyap tak bersisa. Puncak atap merupakan sebuah stupa yang sangat
besar. Konon dalam stupa ini dahulu terdapat arca Sang Adhi Buddha, yaitu
Dhyani Buddha tertinggi dalam agama Buddha Mahayana.
Candi Barabudhur telah mengalami beberapa kali
pemugaran. Pemugaran pertama dilakukan pada masa pemerintahan Belanda, yaitu
pada tahun 1907 – 191, di bawah pimpinan Van Erp. Dalam pemugaran ini yang
diutamakan adalah mengembalikan ketiga teras atap candi dan stupa pusatnya.
Pemugaran kedua berlangsung selama sepuluh tahun, yaitu tahun 1973 – 1983.
Dalam pemugaran ini Candi Barabudhur dibongkar, fondasi dan dindingnya diberi
penguat beton bertulang, dan batu-batunya diteliti, dibersihkan, diberi pengawet
kedap air dan disusun kembali sesuai susunannya semula.
Di keempat sisi candi terdapat pintu gerbang dan tangga ke
tingkat di atasnya seperti sebuah piramida. Hal ini menggambarkan filosofi
Buddha yaitu semua kehidupan berasal dari bebatuan. Batu kemudian menjadi
pasir, lalu menjadi tumbuhan, lalu menjadi serangga, kemudian menjadi binatang
liar, lalu binatang peliharaan, dan terakhir menjadi manusia. Proses ini
disebut sebagai reinkarnasi. Proses terakhir adalah menjadi jiwa dan akhirnya
masuk ke nirwana. Setiap tahapan pencerahan pada proses kehidupan ini
berdasarkan filosofi Buddha digambarkan pada relief dan patung pada seluruh Candi
Borobudur.
Bangunan raksasa ini hanya berupa tumpukan balok batu raksasa
yang memiliki ketinggian total 42 meter. Setiap batu disambung tanpa
menggunakan semen atau perekat. Batu-batu ini hanya disambung berdasarkan pola
dan ditumpuk. Bagian dasar Candi Borobudur berukuran sekitar 118 m pada setiap
sisi. Batu-batu yang digunakan kira-kira sebanyak 55.000 meter kubik. Semua
batu tersebut diambil dari sungai di sekitar Candi Borobudur. Batu-batu ini
dipotong lalu diangkut dan disambung dengan pola seperti permainan lego.
Semuanya tanpa menggunakan perekat atau semen.
Sedangkan relief mulai
dibuat setelah batu-batuan tersebut selesai ditumpuk dan disambung. Relief
terdapat pada dinding candi. Candi Borobudur memiliki 2670 relief yang berbeda.
Relief ini dibaca searah putaran jarum jam.
Relief ini menggambarkan suatu cerita yang cara membacanya
dimulai dan diakhiri pada pintu gerbang di sebelah timur. Hal ini menunjukkan
bahwa pintu gerbang utama Candi Borobudur menghadap timur seperti umumnya candi
Buddha lainnya.
Perayaan
Waisak di Borobudur
Setiap tahun pada bulan purnama penuh pada bulan Mei (atau Juni
pada tahun kabisat), umat Buddha di Indonesia memperingati Waisak di Candi
Borobudur. Waisak diperingati sebagai hari kelahiran, kematian dan saat ketika
Siddharta Gautama memperoleh kebijaksanaan tertinggi dengan menjadi Buddha
Shakyamuni. Ketiga peristiwa ini disebut sebagaiTrisuci Waisak. Upacara Waisak dipusatkan pada tiga buah candi Buddha dengan
berjalan dari Candi Mendut ke Candi Pawon dan berakhir di Candi Borobudur.
Pada malam Waisak, khususnya saat detik-detik puncak bulan
purnama, penganut Buddha berkumpul mengelilingi Borobudur. Pada saat itu,
Borobudur dipercayai sebagai tempat berkumpulnya kekuatan supranatural. Menurut
kepercayaan, pada saat Waisak, Buddha akan muncul secara kelihatan pada puncak
gunung di bagian selatan.
Selain
itu dari candi borobudur kita bisa menikmati indahnya panorama
desa-desa di sekitar borobudur dan tentunya gunung merapi,merbabu dan
juga sumbing. Dari atas candi borobudur kita bisa melihat sunrise dan
sunset.
source :
https://7bd86aba206a59981820-a1471e32c826f82a376e3a3b16604284.ssl.cf6.rackcdn.com/2015/09/Candi-Borobudur-Jawa-tengah.jpg
http://yogyakarta.panduanwisata.id/files/2012/09/borobudur-sunset.jpg
Komentar
Posting Komentar